Selamat Hari Guru 2025

author avatar
PP Nahdlatussubban
Nov 26, 2025 1 week ago
hero image

Oleh : Gus Zain Rohmatika*)



Guru merupakan salah satu “pangkat” tertua dalam peradaban umat manusia. Sejak masa sebelum masehi, interaksi antara seorang yang mengajar dan beberapa orang yang diajar membawa konklusi bahwa kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan manusia berperadaban. Tentu gambaran ini tidak berdiri secara tunggal. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menjadikan seseorang saling mempengaruhi. Seorang guru tidak mutlak mempengaruhi para pelajarnya. Para pelajar bisa mendapatkan ilmu dari konstruksi lain, baik dari lingkungan, keluarga, bacaan dan minat, bahkan dari “gerak hati”.

Islam sangat memuliakan sosok guru. Dalam sejarah peradaban Islam, guru menjadi pelopor dalam kemajuan Negara. Pada awal era, Rasulullah tentu adalah seorang guru yang sempurna. Tidak ada sosok yang bisa melebihi Rasul, baik dari segi intelektual, maupun kecerdasan emosional. Beliau sosok insan kamil. Kemudian para sahabat –yang tentu secara tidak formal adalah murid-murid beliau– selanjutnya berperan menjadi guru dengan persepsi dan wataknya masing-masing. Merekalah pemegang otoritas sanad, karena merekalah orang yang berjumpa dan meneguk limpahan ilmu yang dituangkan oleh Sang Nabi. Karenanya, dalam Islam sanad menjadi kunci penting dalam transfer ilmu dikemudian hari.

Dalam berbagai peradaban di antero dunia, hubungan pengajar dan pelajar selalu ada, namun memiliki makna dan kondisi yang berbeda. Guru berfungsi untuk mentransfer ilmu kepada pelajarnya. Ini definisi yang terjadi di seluruh pelosok bumi. Guru yang hanya memindahkan pengetahuan dari buku atau pikirannya kepada murid-muridnya. Guru yang “sekedar” membacakan ilmu pengetahuan di depan pendengarnya. Syed Naquib al-Attas menyatakan, bahwa guru adalah orang yang mentransfer ilmunya dan mendidik jiwa serta perilaku murid dengan adab yang baik, serta menjadikan dirinya sebagai teladan. Dalam konteks ini, mulai tampak perbedaan antara konsep guru dalam sudut pandang “konvensional” dan dalam sudut pandang Islam.

Apa perbedaanya? Konsep dan cara guru yang pertama, hanya akan menjadikan murid bertambah pengetahuannya, namun dahaga akan hal yang lain. Manusia adalah makhluk yang kompleks. Dia bukanlah mesin yang hanya butuh oli dan servis rutin. Manusia memiliki unsur jasmani dan rohani dalam waktu yang bersamaan. Sehingga seorang manusia tidak bisa hanya makan dan minum saja, tanpa asupan lain yang bisa men”servis” rohaninya.

Kemudian, pada cara guru “konvensional” tersebut, hanya bisa diterapkan pada masa pra-modern saja. Metode tersebut lama kelamaan tidak akan berguna. Bagaimana tidak? Sekarang para siswa bisa mengakses ribuan informasi dan pengetahuan hanya dari genggaman tangannya saja. Tanpa perlu bertemu dengan manusia bernama guru! Jika yang dibutuhkan seorang manusia hanyalah pengetahuan, maka membaca dari berbagai sumber tersebut sudah menggantikan posisi guru di dunia nyata.

Model pengajaran dan transfer ilmu yang dimaklumatkan oleh Syed Naquib al-Attas menjadi solusi dari masalah tersebut. Guru pada akhirnya bukanlah komputer hidup yang hanya bisa menyampaikan data. Guru dan murid, keduanya adalah manusia yang juga memiliki unsur kehidupan yang kompleks. Sehingga guru harus menularkan ilmunya, dan dalam waktu yang bersamaan tetap menjaga etika dan mentransfer adab yang sesuai dengan norma agama dan negara. Dengan demikian, manusia bernama guru akan tetap ada hingga kiamat.

Selamat Hari Guru 2025


*Kepala SMP Islam, Ketua FKDT Pacitan, Sekretaris Rijalul Ansor Pacitan, Sekretaris RMI NU Pacitan